Aparat Hukum
"Anda masih ngotot juga mengatakan bahwa diri anda
tidak bersalah," kata sang hakim, "Padahal tujuh
saksi sudah mengatakan bahwa andalah yang mencuri kalung
itu."
"Kalau hanya masalah saksi,
pak hakim," ujar si tertuduh, "Saya juga bisa mendatangkan
tujuh puluh orang yang mengatakan bahwa bukan sayalah yang mencurinya."
"Siapakah pengacara yang terbaik di kota ini?"
"Ferris Brown, kalau pikirannya lagi terang."
"Dan siapa lagi berikutnya?"
"Ferris Brown, kalau ia sedang mabuk."
Seorang polantas mencegat seorang pengendara motor
di jalan raya. "Anda menjalankan kendaraan lebih
dari 80 km/jam di zona 60 km/jam," katanya sambil
mengisi kesalahan itu di surat tilang.
Si pengendara motor tersenyum
dan membujuk, "Bisakah Bapak mengisi bahwa saya
menjalankan kendaraan ini lebih dari 100 km/jam?" tanyanya. "Sebab
saya hendak menjual kendaraan ini."
Seorang saksi tak putus-putusnya menjawab, "begini,
saya pikir..."
"Jangan pikir," potong
si pengacara terdakwa. Katakan kepada kami apa
yang anda ketahui, bukan apa yang anda pikir!"
"Saya bukan pengacara,"
sahut saksi. "Jadi saya tak bisa berbicara tanpa
berpikir."
Dengan sengit penasihat hukum terdakwa bertanya,
"Saudara saksi, anda mengatakan bahwa anda melihat
tertuduh menyerang korban, padahal anda berada beberapa blok
dari tempat kejadian. Apakah anda dapat melihat sedemikian jauh?"
"Wuah.., hal itu tak bisa saya
jawab. Tapi omong-omong, berapa jauh sih bulan
dari sini."
Seorang polisi sedang berpatroli di sebuah jalan,
ketika ia melihat pria setengah baya sedang
mengguncang-guncang tubuh seorang anak kecil dengan marahnya.
Si polisi segera berlari
menjumpai ke dua orang itu. Apa-apaan ini?"
"Begini, pak," kata si
pria sambil terus mengguncang-guncangkan tubuh si anak, "Saya
ini pemain bas. Dan saya sedang bermain di pub di depan sana, ketika setan kecil
ini masuk dan langsung memutar satu pemutar dawai bas saya."
"Hanya karena itu lalu
anda tega berbuat sekasar itu pada anak kecil ini?" si polisi balik
bertanya dengan berangnya.
Si pria yang kini bahkan
mengguncang tubuh si anak lebih keras menyahut, "Ya,
sebab setan kecil ini tidak mau mengatakan dawai
mana yang telah di putarnya itu."
"Masih adakah yang ingin kau sampaikan, sebelum
aku menjatuhkan hukuman kepadamu?"
"Ada, Pak Hakim," kata
terdakwa sambil menarik nafas dalam-dalam. "Bagaimana mungkin
saya dihukum karena pemalsuan cek, sebab membuat tanda tangan sendiri saya
saja tidak bisa."
"Sebab tuduhan yang dikenakan
padamu bukan pemalsuan tanda tangan."
"Pak polisi, pak polisi!" teriak seorang pengemudi.
"Ya?"
"Apakah saya boleh memarkir
kendaraan di sini?"
"Tidak."
"Tapi bagaimana dengan
kendaraan-kendaraan yang lain itu?"
"Mereka tidak bertanya
pada saya."
Hakim : Jadi, anda mengatakan
bahwa terdakwa ini mencekik istrinya di lantai dansa di hadapan tiga ratus
orang?
Jaksa : Ya, Pak Hakim.
Hakim : Apakah tidak seorangpun
mencegahnya?
Jaksa : Semua menyangka
mereka sedang berdansa.
Seorang sipir penjara merasa kasihan melihat seorang
narapidananya. Pada hari- hari besuk, ia selalu
tinggal seorang diri di selnya, sementara temannya yang lain sibuk
menerima tamu.
Ia memanggil narapidana
itu ke ruang kerjanya. "Ben," katanya dengan lembut. "Saya
perhatikan, selama ini tidak ada yang mengunjungimu. Apakah kau tidak mempunyai
sanak saudara?"
"Ada," sahut Ben dengan
tenang. "Hanya, mereka semua ada di penjara ini."
Polisi : Jadi benar anda
mengaku telah menembak mati isteri anda.
Si Bego : Benar, pak.
Polisi : Benarkah anda katakan
alasanya karena isteri anda mempunyai enam orang pacar?
Si Bego : Benar, pak.
Polisi : Lantas mengapa
anda menembak isteri anda dan bukan menembak ke enam orang
pacarnya?
Si Bego : Untuk menghemat peluru pak.
Kontraktor : Apakah kau sudah mendengar kabar
mengenai Willard, kasir Bank yang mencuri lima
puluh ribu dolar dan melarikan isteri temannya itu?
Insinyur : Astaga! Lalu
siapa yang akan mengantar anak-anak ke sekolah, besok?
"Apakah nama saya disebut-sebut dalam surat wasiat
itu?" tanya seorang pemuda keponakan seorang
multijutawan yang baru saja meninggal dunia.
"Oh, ada!" sahut pengacara.
"Ini, di sini, di alinea ketiga paman anda menyatakan, "Kepada
keponakanku Sarah, kuhibahkan 100.000 dolar, kepada sepupuku Janice kuhibahkan
50.000 dolar, dan kepada keponakanku Charles, yang dari dulu selalu ingin di sebut namanya di dalam surat wasiat.... aku
berkata, "Hai, Charles."
"Mengapa anda berdua tak bisa menyelesaikan perkara
ini di luar pengadilan?" tanya Pak Hakim.
"Sebenarnya kami telah berusaha,
Pak hakim," jawab salah seorang, "Tapi
polisi keburu datang."
"Seorang hakim sedang mencoba mengubah pikiran
seorang wanita yang mengajukan gugatan untuk
bercerai. "Umur anda sudah 92 tahun," katanya. "Umur suami anda sudah
94 tahun. Lalu mengapa baru sekarang menyerah?"
"Perkawinan kami sebenarnya
sudah lama retak," kata wanita itu menerangkan, "Tapi
kami memutuskan untuk menunggu dulu sampai anak-anak mati."
Tiga terdakwa yang bermata juling duduk di hadapan
hakim yang juga bermata juling. Pak Hakim memandang
terdakwa yang pertama.
"Siapa namamu?"
"Jenkins," sahut terdakwa
kedua.
"Saya bukan bicara padamu,"
potong Pak Hakim.
"Saya tidak mengatakan
apa-apa," teriak terdakwa ketiga.
|