Pak Pendeta dan Jemaat
Dengan menggandeng seorang anak kecil, seorang
ibu naik bis. Kepada sopir ibu tersebut memberikan uang cukup untuk membayar satu orang penumpang saja.
Si sopir menyetopnya dan
berkata, "Anak itu umurnya sudah lebih dari lima tahun. Ibu
harus membayar ongkosnya juga." Si ibu berang, "Bagaimana mungkin usianya lebih dari lima tahun sedangkankan saya menikah belum
empat tahun."
"Ibu," kata si supir,
"Saya bukan pastor, saya hanya meminta ongkos bukan pengakuan
dosa."
kehidupan di biara sangat ketat. setiap biarawan
hanya di izinkan berbicara satu tahun sekali,
dan itupun hanya dalam beberapa patah kata saja. Pada hari gilirannya berbicara biarawan yang satu berkata, "Saya ingin agar
kali ini kita sarapan roti dengan telur..."
Setahun berlalu dan tiba
giliran biarawan yang lain untuk berbicara. Saya lebih senang
kalau sarapan roti dengan selai....."
Tahun berikutnya, biarawan
yang ketiga yang berbicara, "Saya bisa gila, kalau kalian
terus menerus bertengkar hanya gara-gara persoalan menu sarapan."
Seorang pastor baru sedang menerima penjelasan
dari pelayan wisma tempat tinggal mengenai masalah-masalah
yang perlu perhatian secepatnya.
"Atap rumah Bapak ini
sudah perlu dibetulkan, pompa air Bapak kurang lancar dan
tungku perapian Bapak juga sudah tidak berfungsi."
"Ibu Kelly," kata bapak
pastor dengan lembut, "anda sudah lima tahun mengurus wisma
ini, sedangkan saya baru beberapa hari saja di sini. Mengapa tidak anda
katakan atap rumah kita, tungku perapian kita?"
Beberapa minggu kemudian,
ketika bapak pastor sedang mengadakan pertemuan dengan
uskup dan beberapa pendeta lainnya, mendadak Ibu Kelly masuk ke kantor dengan wajah penuh kecemasan, "Bapak pastor, Bapak
pastor," kata Ibu Kelly tanpa pikir panjang,
"Ada seekor tikus di kamar kita, dan bersembunyi di bawah tempat tidur kita."
Pada hari jadinya yang ke 80, seorang wanita dari
Brooklyn, New York, memutuskan untuk mempersiapkan
pesan terakhir dan surat wasiatnya. Ia pergi menghadap rabbinya
untuk membuat dua permintaan terakhir..... Pertama, ia ngotot untuk dikremasi.
"Apa permintaanmu yang
ke dua?" tanya sang rabbi.
"Saya ingin abu saya ditebarkan
di atas Toserba Bloomingsdale."
"Mengapa di Bloomingsdale?"
"Agar saya yakin bahwa
puteri saya akan mengunjungi saya dua kali seminggu."
Di Irlandia, suatu hari ada dua orang lelaki yang
sedang menggali selokan. Kebetulan tempat mereka
bekerja itu bersebrangan dengan rumah bordil. Begitulah, tiba-tiba mereka melihat seorang pendeta protestan berdiri di
depan pintu rumah tersebut, melihat kiri-kanan,
dan langsung masuk ke dalam.
"Aha, kau lihat siapa
yang masuk tadi?" kata seorang penggali selokan itu kepada temannya.
"Apa yang bakal terjadi dengan dunia ini kalau orang berjubahpun telah masuk ke rumah seperti itu? Sungguh memalukan.
"Beberapa saat kemudian,
dari balik onggokan tanah mereka melihat seorang rabbi berjalan
dengan cepat dan menyelinap pula ke balik pintu rumah bordil tersebut.
"Apakah kita tidak salah lihat,
Paddy?" kata salah seorang penggali selokan itu, "Tidak
heran kalau anak-anak muda jaman sekarang jadi bingung. Lihat saja contoh yang diberikan oleh para pemuka agamanya...Memalukan."
Dan kali yang berikutnya,
giliran seorang pastor yang masuk kerumah bordil itu.
"Aduh kasihan," kata penggali
selokan yang satu, "Salah seorang dari penghuni rumah
bordil itu pasti ada yang meninggal..."
"Minggu depan," kata seorang pendeta, "saya akan
berkhotbah tentang pentingnya kejujuran. Saya
berharap semua jemaat mempersiapkan diri dengan lebih dulu membaca
Krotintus 97:308-312."
Pada hari Minggu berikutnya
pendeta itu memulai khotbah yang telah dijanjikannya. "Khotbah
saya hari ini tentang pentingnya kejujuran. Saya telah memberikan ayat yang perlu saudara-saudara baca. Yang sudah membaca
Krotintus 97:308-312, silakan mengangkat tangannya."
Pendeta itu lama terdiam sebelum
ia berkata dengan perlahan, "Sekarang saya sadar
bahwa khotbah tentang pentingnya kejujuran itu harus segera saya sampaikan. sebelumnya perlu saudara-saudara ketahui bahwa di Al-Kitab
krotintus tidak mencapai pasal 97:308-312."
Shimmel Himmel datang meminta nasehat pastornya.
"Ya, Pastor. Tolonglah saya. Saban tahun isteri
saya melahirkan bayi. Sekarang anak kami dua belas orang. Susah
sekali, Pastor. Saya tidak mampu lagi membeli makanan untuk anak-anak saya. Apa yang harus saya lakukan?"
Jawab Pastor : "Jangan lakukan
lagi!"
|