Oleh Emha
Ainun Nadjib
Karena dari Jakarta
ke Yogya semalam saya terbang menunggangi burung teknologi Bouraq dan saya
mengalami sesuatu yang sangat menggelikan -- namun bermanfaat secara nasional
-- di counter-nya di Cengkareng, sebenarnya besar 'napsu' saya untuk
menuturkannya pagi ini. Tapi saya harus adil, karena yang duluan mendapatkan
jatah arisan untuk saya tuliskan adalah SKUPKPDMBIKPPNYDOPYSSB.
Apa itu? Tolong jangan tergesa-gesa
ingin tahu. Harus jelas apakah Anda sudah berwudlu atau belum, masih najis
ataukah sudah sesuci -- sebelum menerima ilmu tinggi semacam itu.
Kalau PRD, itu gamblang apa
kepanjangannya. Menurut salah seorang wartawan ibukota kemarin lusa sore
tatkala berlangsung diskusi musik dengan Gus Dur dan Franky Sahilatua,
PRD adalah Perahu Retak Diedarkan...
Mungkin banyak orang Indonesia
memang sedang mengalami retak-retak di otaknya, termasuk saya. Mungkin
karena terlalu banyak persoalan besar maupun kecil yang bukan saja tidak
bisa dibayangkan bagaimana penyelesaiannya, tetapi bahkan tidak pernah
tertuntaskan bagaimana cara memandangnya dan merumuskannya.
Kalau pada suatu sore Anda
jalan-jalan dan mampir di sebuah toko untuk melihat-lihat kaos, tiba-tiba
seseorang menggamit pundak Anda, menyapa ramah dan langsung bertanya, ''Cak,
bagaimana sih sebenarnya situasi perpolitikan nasional kita?'' Apa jawab
Anda?
Kalau saya, terus terang,
tidak ada kesulitan menjawabnya. Bagaimana situasi perpolitikan nasional
kita? ''Yaaah, begitulah kira-kira...''
Kalau dia mengejar, ''Maksud
saya, bagaimana petanya?''
''Biasa. Ada yang di pusat,
ada yang di pinggiran. Ada yang di kanan, ada yang di kiri, dan di tengah.''
''Bisa dijelaskan agak lebih
gamblang?''
''Pokoknya ada yang kelihatan,
ada yang tersamar. Potret gamblangnya begini: yang kelihatan saja pun tidak
gamblang, apalagi yang tersamar.''
''Di mana posisi Megawati
sebenarnya?''
''Ya, masih tetap di rumahnya.
Dijaga PM, yang kalau sudah kelelahan, ia biasanya bingung menggagas apa
yang sebenarnya ia lakukan dengan berdiri tegak di situ.''
''Kenapa Megawati dipanggil
Polda?''
''Macam-macam sebabnya. Bisa
untuk basa-basi, supaya mekanisme politik yang berlangsung bisa tampak
logis. Bisa juga karena bagi aparat yang ditugasi memanggil Megawati, itu
kesempatan emas untuk bertatap muka dengan idolanya. Sekalian bisa minta
tanda tangan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk istri dan anak-anaknya,
atau siapa tahu bisa juga untuk tetangga-tetangganya. Lebih syukur lagi
karena pasti bisa ada kesempatan untuk foto bersama.''
''Ah, apa ya begitu?''
''Lho, Gus Dur dulu waktu
di Jember dan Situbondo, selalu dikuntit serombongan polisi. Suatu saat
Gus Dur marah karena merasa risih kok dibuntutin terus. Ternyata setelah
beliau membentak, polisi itu mengatakan bahwa mereka ingin bersalaman dengan
si Gus...''
''Sampeyan ndageeeel...''
''Lho, bukan hanya saya yang
ndagel. Semua sekarang ini ndagel.''
''Ndagel gimana! Wong
terjadi kekejaman sedemikian parah, sampai ada banyak missing persons
segala yang mungkin tak akan bisa ditemukan sampai kapan pun!'' ''Itu namanya
jumpritan alias petak umpet.''
''Sampeyan kok meremehkan
penderitaan orang, luka orang, nyawa orang!'' ''Itu bukan soal saya. Itu
masalah disiplin nasional. Semua warga harus belajar bagaimana tidak tegang
memandang semua masalah ini. Tak ada yang serem kok: pemberangusan, penjungkalan,
pemerkosaan, pelenyapan, itu semua biasa-biasa saja.''
''Sampeyan sudah kehilangan
hatinurani!'' ''Emangnya ada yang butuh hatinurani? Dari dulu sudah selalu
saya tawar-tawarkan hatinurani ke mana-mana. Ke kantor-kantor pemerintahan,
ke Mabes, ke meja-meja resmi, bahkan sampai ke bank-bank pasar. Tapi terhadap
tawaran saya itu mereka umumnya acuh tak acuh saja. Jadi untuk apa saya
bawa-bawa hal yang akan diremehkan orang?''
''Sampeyan kok putus
asa!'' ''Saya sekadar ingin mengajak Anda tertawa. Soalnya Anda sendiri
ndagel. Orang mau beli kaos kok ditanyai perpolitikan nasional!
Mending Anda baca surat Al-Baqarah!'' ''Kenapa surat Al-Baqarah?''
''Al-Baqarah artinya sapi
betina.''
''Kenapa emang?''
''Tadi sopir taksi airport
Yogya tanya sama saya: Gimana kabarnya kandang sapi, Cak?''
''Saya jawab: masih diblokir.
Dia malah tanya: Yang bertugas memblokir itu harimau, atau singa, kambing,
bebek, atau apa? Saya jawab: kebetulan saya belum wawancarai mereka.''
''Terus apa hubungannya dengan
surat Al-Baqarah?''
''Ya, Mbak Ega itu?''
''Kok, Mbak Ega?''
''Emangnya Sampeyan pikir
Mbak Ega itu laki-laki?''
''Ya. Bukan. Dia sapi betina.''
''Al-Baqarah, kan?''
''So what?'' ''Ya baca.
Pelajari. Endapkan. Aktualisasikan. Dan mestinya dulu itu bukan mimbar
bebas, melainkan sema'an al-Baqarah. Tapi jangan suruh saya menjelaskan,
nanti saya dibilang menggurui.''
''Kalau para kambing hitamnya
harus baca surat apa?''
''Emangnya percaya syahadatain
kok mau baca surat Alquran segala.
Bagi mereka, cukup hubungi
ketua organisasi yang kemarin lusa pagi pukul 07.02 WIB kirim fax ke rumah
saya. Organisasi itu namanya SKUPKPDMBIKPPNYDOPYSSB. Kepanjangannya: Solidaritas
Kemanusiaan Untuk Para Korban Pengambinghitaman Dan Masyarakat Bingung
Indonesia Korban Praktek Pembodohan Nasional Yang Dilakukan Oleh Pemerintah
Yang Sekarang Sedang Berkuasa.''
''Ah, Sampeyan ini sableng!''
''Memang! Siapa dulu dong bapaknya!''
|